Macam - Macam Perumpamaan Di Pabrik Garmen Beserta Pengertiannya

Macam - macam perumpamaan di pabrik kimia beserta artinya
  • Macam - macam akronim di pabrik kimia beserta artinya.
  • Macam - macam pabrik Tekstil beserta pengertiannya.
  • 5. Quality Control (Kontrol Kualitas).

    Quality control merupakan proses pengawasan yang dilaksanakan untuk menentukan bahwa produk garmen menyanggupi tolok ukur mutu yang ditetapkan. Ini melibatkan investigasi mutu bahan, jahitan, warna, dan rincian yang lain sebelum produk dikirim ke pasar.

    6. Sample (Contoh).

    Sample merupakan model percobaan atau referensi permulaan dari rancangan atau produk yang mau dibuat dalam jumlah besar. Sample digunakan untuk menganalisa desain, ukuran, dan fitur yang lain sebelum mengawali bikinan massal.

    7. Lead Time (Waktu Pemrosesan).

    Lead time merupakan waktu yang diperlukan dari permulaan bikinan hingga produk jadi siap untuk dikirim atau didistribusikan. Ini meliputi waktu yang diperlukan untuk pemotongan, jahit, pengakhiran, dan proses lainnya.

    8. Garment Worker (Pekerja Garmen).

    Garment worker merupakan pekerja yang terlibat dalam aneka macam tahap bikinan garmen, seumpama cutting, sewing, finishing, dan kiprah yang lain di pabrik garmen.

    9. Overlock (Gulungan).

    Overlock merupakan mesin jahit khusus yang digunakan untuk menjahit tepi kain biar rapi dan menghambat kain melorot atau terurai. Proses ini dipahami juga selaku gulungan.

    10. Embroidery (Bordir).

    Embroidery merupakan proses mempercantik kain dengan menggunakan jarum dan benang. Ini bisa berupa pola atau rancangan yang disertakan pada busana untuk menampilkan rincian dan keindahan tambahan.

    11. Supply Chain (Rantai Pasok).

    Supply chain merujuk pada serangkaian aktivitas yang melibatkan produksi, pengiriman, dan distribusi produk garmen dari penyuplai materi baku hingga hingga ke konsumen akhir.

    12. Work in Progress (WIP) (Pekerjaan Sedang Berlangsung).

    Work in progress merujuk pada produk yang sedang dalam proses bikinan dan belum selesai.

    13. Bill of Materials (BOM) (Daftar Bahan).

    Bill of Materials merupakan daftar elemen atau materi yang diperlukan untuk menciptakan sebuah produk garmen. BOM meliputi pemberitahuan seumpama jenis bahan, jumlah yang dibutuhkan, dan spesifikasi lainnya.

    14. Cutting Plan (Rencana Pemotongan).

    Cutting plan merupakan planning yang merinci cara memotong kain dengan efisien dan mengoptimalkan penggunaan bahan. 

    Hal ini melibatkan penentuan pola potongan, urutan pemotongan, dan pengaturan kain pada meja cutting.

    Baca juga tentang :

    15. Production Line (Garis Produksi).

    Production line merupakan serangkaian langkah atau tahapan bikinan yang dilaksanakan secara berurutan. 

    Setiap tahapan memiliki kiprah dan tanggung jawab khusus, dan produk bergerak lewat garis bikinan dari satu tahap ke tahap berikutnya.

    16. Workstation (Stasiun Kerja).

    Workstation merupakan area kerja di pabrik garmen di mana pekerja menjalankan kiprah mereka. 

    Setiap workstation mungkin memiliki peralatan, mesin, dan alat kerja yang spesifik sesuai dengan kiprah yang mesti dilakukan.

    17. Piece Rate (Tarif Per Potong).

    Piece rate merupakan metode penggajian di mana pekerja dibayar menurut jumlah cuilan atau produk yang mereka hasilkan. Tarif per potong ditetapkan sebelumnya dan pekerja menerima bayaran menurut kinerja mereka.

    18. Line Balancing (Seimbangnya Garis Produksi).

    Line balancing merupakan proses mengendalikan pekerjaan di garis bikinan biar setiap stasiun kerja menerima beban kerja yang seimbang. 

    Hal ini berniat untuk menyingkir dari kelebihan beban kerja di satu stasiun kerja sementara yang lain mengalami underutilization.

    19. Overtime (Lembur).

    Overtime terjadi saat pekerja melakukan pekerjaan di luar jam kerja wajar yang sudah ditetapkan. Biasanya, lembur dibayar dengan tarif yang lebih tinggi dari jam kerja reguler.

    20. Standard Operating Procedure (SOP) (Prosedur Operasional Standar).

    SOP merupakan pedoman tertulis yang mengendalikan tindakan dan mekanisme yang mesti dibarengi dalam setiap tahap bikinan garmen. 

    SOP menampilkan arahan yang terang untuk menentukan konsistensi, kualitas, dan efisiensi dalam proses produksi.

    21. Pre-Production (Pra-Produksi).

    Pre-production merupakan tahap antisipasi sebelum bikinan massal dimulai. 

    Ini melibatkan aktivitas seumpama pengadaan materi baku, pengujian desain, penyusunan rencana produksi, dan antisipasi yang lain untuk menentukan kelangsungan produksi.

    22. Work Order (Perintah Kerja).

    Work order merupakan dokumen yang berisi arahan rincian tentang pekerjaan yang mesti dilakukan, tergolong pemberitahuan tentang produk, jumlah yang mesti diproduksi, spesifikasi khusus, dan tenggat waktu.

    23. Batch Production (Produksi Batch).

    Batch production merupakan metode bikinan di mana produk dibuat dalam jumlah terbatas atau batch tertentu sebelum beralih ke produk berikutnya. 

    Setiap batch memiliki urutan dan ukuran yang diputuskan sebelumnya.

    24. Piecework (Pekerjaan Per Potong).

    Piecework merupakan metode pembayaran di mana pekerja dibayar menurut jumlah cuilan atau produk yang mereka hasilkan. 

    Tarif per potong atau per unit ditetapkan sebelumnya, dan pekerja menerima pembayaran sesuai dengan produktivitas mereka.

    Baca Juga Tentang :

    25. Line Supervisor (Supervisor Garis Produksi).

    Line supervisor merupakan individu yang bertanggung jawab memantau dan mengkoordinasi aktivitas bikinan di garis produksi. 

    Mereka menentukan kelangsungan produksi, memantau kinerja pekerja, dan memecahkan duduk kasus yang timbul.

    26. Work-In-Process (WIP) Inventory (Persediaan Barang Sedang Diproses).

    WIP inventory merujuk pada produk yang sedang dalam proses produksi. Ini meliputi materi baku, barang setengah jadi, dan produk yang sedang berada di antara tahap produksi.

    27. Rejection Rate (Tingkat Penolakan).

    Rejection rate merupakan persentase produk yang tidak menyanggupi tolok ukur mutu dan ditolak selama proses bikinan atau kendali kualitas. 

    Tingkat penolakan yang rendah menampilkan mutu bikinan yang baik.

    28. Rework (Pemrosesan Ulang).

    Rework merupakan proses memperbaiki atau memperbarui produk yang tidak menyanggupi tolok ukur mutu selama tahap bikinan atau kendali kualitas. 

    Ini melibatkan penyesuaian, perbaikan, atau modifikasi untuk menentukan produk menyanggupi persyaratan yang ditetapkan.

    29. Inventory Control (Pengendalian Persediaan).

    Inventory control merupakan proses mengorganisir persediaan materi baku, barang setengah jadi, dan produk jadi. 

    Ini melibatkan pemantauan persediaan, pengaturan pengadaan materi baku, dan mengurangi persediaan yang tidak terpakai atau terlalu banyak.

    30. Standard Time (Waktu Standar).

    Standard time merupakan perhitungan waktu yang diperlukan untuk mengakhiri kiprah atau operasi tertentu dalam bikinan garmen. 

    Ini digunakan untuk mengendalikan sasaran produksi, mengkalkulasikan ongkos produksi, dan mengorganisir kinerja pekerja.

    31. Just-in-Time (JIT).

    Just-in-Time merupakan pendekatan administrasi persediaan di mana materi dan elemen dipasok sempurna waktu sesuai dengan ajakan produksi. 

    32. Waste Management (Manajemen Limbah).

    Waste management merupakan upaya untuk mengorganisir limbah yang dihasilkan selama proses bikinan garmen. Ini meliputi pengurangan, daur ulang, dan pembuangan limbah secara kondusif dan ramah lingkungan.

    33. Workstation Layout (Tata Letak Stasiun Kerja).

    Workstation layout merupakan pengaturan fisik stasiun kerja di pabrik garmen. 

    Desain tata letak yang efisien memikirkan fatwa kerja, penggunaan ruang yang optimal, dan keperluan ergonomi untuk mengembangkan produktivitas dan ketentraman pekerja.

    34. Order Fulfillment (Pemenuhan Pesanan).

    Order fulfillment merujuk pada proses pembuatan dan pengantaran pesanan pelanggan.

    Hal ini melibatkan pengambilan barang, pengemasan, pengiriman, dan pemantauan pesanan untuk menentukan pengantaran sempurna waktu dan akurat.

    35. Incentive Program (Program Insentif).

    Incentive agenda merupakan agenda yang dipersiapkan terhadap pekerja untuk mengembangkan motivasi dan kinerja mereka. 

    Ini sanggup berupa bonus, penghargaan, atau insentif yang lain yang diberikan menurut pencapaian sasaran bikinan atau mutu kerja.

    36. Compliance (Kepatuhan).

    Compliance mengacu pada pemenuhan aturan, regulasi, dan tolok ukur yang berlaku dalam industri garmen. 

    Ini tergolong kepatuhan terhadap peraturan keamanan kerja, aturan ketenagakerjaan, tolok ukur kualitas, dan tanggung jawab sosial perusahaan.

    37. Lean Manufacturing (Manufaktur Ringkas).

    Lean manufacturing merupakan pendekatan bikinan yang berniat untuk menetralisir pemborosan dan mengembangkan efisiensi. 

    Ini melibatkan pengidentifikasian dan pembatalan aktivitas yang tidak menampilkan nilai tambah, mengembangkan secara optimal fatwa kerja, dan penghematan waktu siklus produksi.

    38. Cost of Goods Sold (COGS) (Biaya Barang yang Dijual).

    Cost of Goods Sold merupakan total ongkos bikinan untuk menciptakan produk garmen yang siap dijual. 

    Ini meliputi ongkos materi baku, tenaga kerja, overhead produksi, dan ongkos yang lain yang terkait dengan bikinan barang.

    39. Industrial Sewing Machine (Mesin Jahit Industri).

    Industrial sewing machine merupakan mesin jahit yang digunakan di pabrik garmen untuk menjahit dan menciptakan produk garmen dengan efisiensi yang tinggi. 

    Mesin ini umumnya dilengkapi dengan fitur dan kesanggupan khusus untuk menyanggupi keperluan bikinan massal.

    40. Compliance Audit (Audit Kepatuhan).

    Compliance audit merupakan proses investigasi dan penilaian yang dilaksanakan untuk menentukan bahwa pabrik garmen mematuhi aturan, regulasi, dan tolok ukur yang berlaku. 

    Ini melibatkan peninjauan dokumen, investigasi fisik, dan penilaian kepatuhan terhadap persyaratan yang ditetapkan.

    41. Quality Control (Kontrol Kualitas).

    Quality control merupakan proses pengawasan dan pengendalian mutu produk garmen. 

    Ini melibatkan investigasi visual, pengujian fisik, dan penilaian produk untuk menentukan bahwa mereka menyanggupi tolok ukur mutu yang ditetapkan sebelum dijual ke konsumen.

    42. Production Planning (Perencanaan Produksi).

    Production planning merupakan proses penyusunan rencana tindakan bikinan garmen secara keseluruhan. 

    Ini meliputi penetapan sasaran produksi, alokasi sumber daya, penjadwalan produksi, dan pengaturan garis bikinan untuk meraih efisiensi dan kepuasan pelanggan.

    43. Inventory Management (Manajemen Persediaan).

    Inventory management merupakan proses pengelolaan persediaan materi baku, barang setengah jadi, dan produk jadi di pabrik garmen. 

    Tujuan terutama merupakan menentukan ketersediaan yang sempurna dan mengoptimalkan penggunaan persediaan untuk menyingkir dari kelemahan atau kelebihan stok.

    44. Workforce Management (Manajemen Tenaga Kerja).

    Workforce management melibatkan perencanaan, pengaturan, dan pengelolaan tenaga kerja di pabrik garmen. 

    Ini tergolong pengadaan tenaga kerja, penugasan tugas, agenda kerja, pelatihan, dan pengawasan kinerja untuk menentukan efisiensi dan produktivitas yang optimal.

    45. Material Sourcing (Sumber Bahan).

    Material sourcing merupakan proses mencari dan menerima materi baku yang diperlukan untuk bikinan garmen. 

    Ini melibatkan penelusuran pemasok, perundingan harga dan kualitas, serta pengaturan pengadaan untuk menentukan pasokan materi yang sempurna waktu dan berkualitas.

    46. Costing (Perhitungan Biaya).

    Costing merupakan proses mengkalkulasikan total ongkos bikinan untuk menciptakan produk garmen. 

    Ini meliputi ongkos materi baku, tenaga kerja, overhead produksi, dan ongkos yang lain yang terkait dengan bikinan barang.

    Demikian sedikit ulasan tentang macam - macam perumpamaan yang sering di gunakan di pabrik garmen beserta pengertiannya.


    Sumber http://www.samiinstansi.com